Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 CGP Angkatan 9: Coaching untuk Supervisi Akademik


Oleh Yuanita, S. Pd

Koneksi antar materi adalah penguasaan pemahaman calon guru penggerak (CGP) terhadap materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi awal sampai dengan materi yang terakhir. Penyampaian keterkaitan materi itu menandakan sejauh mana penguasaan dan pemahaman terhadap materi tersebut. CGP dapat menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media seperti artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman  audio,  screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.

Konsep Coaching secara Umum

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach  memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya (Whitmore, 2003). Coaching sebagai "bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” (International Coach Federation -ICF).

Coaching memiliki beberapa prinsip, yaitu; fokus pada potensi, coaching berfokus pada pengembangan potensi individu, bukan pada kekurangannya. Kemitraan: coaching merupakan proses kolaboratif antara coach dan coachee. Refleksi: coaching mendorong coachee untuk melakukan refleksi diri. Pemberdayaan: coaching bertujuan untuk memberdayakan coachee agar dapat mencapai tujuannya.

Saat ini dikembangkan salah satu model coaching yaitu TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir. TIRTA merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. 

Coaching dalam Konteks Pendidikan

 Tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching. 

Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.  Dalam paradigma berpikir coaching, supervisor berperan sebagai mitra yang membantu guru untuk mengembangkan potensinya. Paradigma tersebut di antaranya adalah fokus pada pembelajar, memiliki kesadaran diri yang besar atau kuat, Memegang sikap keterbukaan dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan dalam melihat peluang baru dan juga berpikir ke depan. Supervisor menggunakan berbagai teknik coaching untuk membantu guru dalam melakukan refleksi diri dan menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran yang dihadapinya yaitu : Pertanyaan terbuka,  umpan balik, refleksi,  pemetaan kekuatan, pemetaan tantangan. 


Pemikiran Reflektif terkait Pengalaman Belajar

1. Emosi yang dirasakan adalah tercerahkan atas pengetahuan-pengetahuan baru akan kemampuan dalam melakukan coaching serta termotivasi untuk lebih giat belajar mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan coaching untuk supervisi akademik seperti :  kemampuan kita sebagai coach untuk hadir penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

2. Terdapat beberapa tantangan untuk menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat. Membudayakan praktik coaching untuk peningkatan hasil pembelajaran. Selain itu ada pula hal yang sudah baik yang diperoleh yaitu pemahaman tentang materi coaching untuk supervisi akademik dan sudah mempraktikkannya.

3. Hal yang perlu diperbaiki adalah langkah-langkah yang baik dan bijak pada mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee serta mampu menghadirkan perhatian penuh dengan baik saat coaching berlangsung. 

Kerterkaitan antar Modul 2.1, 2.3 dan 2.3

Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran social dan emosi yaitu sebagai berikut. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat pemetaan kebutuhan belajar yang dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu murid. Pemetaan ini dapat digunakan oleh seorang coach sebagai data untuk memaksimalkan potensi coacheenya. 

Selanjutnya di dalam pembelajaran sosial emosional terdapat pengetahuan serta kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening serta berbagai teknik lainnya yang sangat bermanfaat. Namun setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Oleh karena itu, penting bagi coach untuk dapat menemukan tekniknya sendiri dalam menghadirkan presence saat sebelum dan selama melakukan coaching. 

Peran seorang Calon Guru Penggerak sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi :

Seorang guru penggerak harus mampu berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat menerapkan pendidikan yang berpihak pada murid. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik bila guru paham secara utuh dan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki murid maupun rekan sejawatnya. Agar dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut Guru penggerak harus memiliki ketrampilan sosial dan emosional yang baik. Seperti kesadaran diri serta kesadaran sosial yang baik ketika melakukan coaching. Harus mampu menahan diri dan keinginan untuk berkomentar yang menjudgment sang coachee. 

Semoga kita dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat serta selalu sabar dan tekun dalam membimbing dan menuntun potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik! Salam sehat dan bahagia! 

Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Bireuen

Posting Komentar untuk "Koneksi Antar Materi Modul 2.3 CGP Angkatan 9: Coaching untuk Supervisi Akademik"